Innalillahi, Dokter Spesialis Alumni UNS Gugur Usai Pemboman Israel di Gaza

Innalillahi, Dokter Spesialis Alumni UNS Gugur  Usai Pemboman Israel di Gaza

Seorang dokter menjadi korban serangan Israel di Gaza Palestina--

Innalillahi, Dokter Spesialis Alumni UNS Gugur  Usai Pemboman Israel di Gaza 

OKUTIMURPOS.COM-Gaza-Innalillahi wainaillahirajiun, Duka mendalam menyelimuti dunia medis dan kemanusiaan pasca serangan yang terjadi di Jalur Gaza, Palestina. 

Seorang dokter spesialis anestesi dr. Mueen Al Shurafa, alumni Universitas Negeras Sebelas Maret (UNS) Solo, dilaporkan menjadi salah satu korban meninggal dalam tragedi pengeboman yang dilakukan Israel di Gaza.

"Innalillahi wainaillahirajiun. Kita kehilangan seorang putra terbaik, seorang dokter yang telah mengabdikan hidupnya untuk kemanusiaan," ungkap juru bicara Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), yang sebelumnya memberikan beasiswa kepada almarhum untuk menempuh pendidikan di Indonesia.

Atas gugurnya dokter Mueen ini sejumlah media sosial mengucapkan duka yang mendalam.

Terbaru. Dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan Palestina, sejak awal eskalasi pada tanggal 7 Oktober lalu hingga 6 November 2023, lebih dari 10.000 jiwa warga Palestina telah berpulang akibat serangan tersebut. 

Dengan jumlah terbesar di Jalur Gaza mencapai 10.022 orang dan 147 orang di Tepi Barat. 

BACA JUGA:Usai Kirim Bantuan dengan 2 Hercules ke Gaza Palestina Kini Gunakan Airbus 330, Netanyahu Didemo Mundur

Adapun korban luka mencapai ribuan, dan diperkirakan angka korban tewas akan terus bertambah seiring dengan banyaknya korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan.

Kondisi di pengungsian pun semakin memprihatinkan.

Menurut laporan dari United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA), jumlah pengungsi kini telah melampaui 1,5 juta orang, dengan keadaan di pos pengungsian UNRWA yang sudah tidak mampu lagi menampung pendatang baru.

Dalam satu tempat penampungan di Khan Younis, kepadatan mencapai titik di mana satu toilet harus dipakai oleh 600 orang dan setiap pengungsi hanya memiliki ruang kurang dari dua meter persegi.

"Kondisi yang sangat tidak layak ini memperburuk kesehatan pengungsi, dengan ribuan kasus infeksi pernafasan, diare, dan cacar air dilaporkan," ungkap perwakilan OCHA.

OCHA juga menyampaikan bahwa diperlukan dana kemanusiaan sekitar 1,2 miliar dolar AS untuk mendukung operasi kemanusiaan di Gaza yang tengah berjuang dalam situasi krisis ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: