Krisis di Yerusalem Timur, Kediaman Imam Masjid Al-Aqsa Terancam Digusur Pasukan Israel

Krisis di Yerusalem Timur, Kediaman Imam Masjid Al-Aqsa Terancam Digusur Pasukan Israel

Israel menggerebek kawasan Sawaneh dan menuduh kediaman Imam Masjid Al-Aqsa, Syekh Ekrima Sabri, dibangun tanpa izin. --

Krisis di Yerusalem Timur, Kediaman Imam Masjid Al-Aqsa Terancam Digusur Pasukan Israel

OKUTIMURPOS.COM- YERUSALEM TIMUR – Tensi di Yerusalem Timur meningkat pasca pasukan Israel menggerebek kawasan Sawaneh dan menuduh  kediaman Imam Masjid Al-Aqsa, Syekh Ekrima Sabri, dibangun tanpa izin. 

Insiden ini terjadi pada Ahad, 4 Desember 2023, di sebuah gedung apartemen tempat Syekh Sabri berusia 85 tahun, yang juga merupakan Kepala Otoritas Islam Tinggi (Awqaf), tinggal.

Menurut saksi mata yang dilansir oleh Anadolu Ajansi, pasukan besar polisi dan intelijen Israel menggerebek gedung dan menempelkan perintah pembongkaran pada pintu gedung, mengklaim bangunan tersebut tidak sah. 

Gedung yang telah berdiri selama bertahun-tahun ini menampung lebih dari 100 warga Palestina di 18 unit apartemen.

BACA JUGA:Belajar dari Perang di Gaza Palestina

BACA JUGA:Eskalasi Konflik di Gaza Pasca-Gencatan Senjata Meningkat Lagi, Ini Jumlah Korbannya

Syekh Sabri, yang dikenal kritis terhadap pendudukan Israel di wilayah Palestina dan pernah menjabat sebagai Mufti Yerusalem dan wilayah Palestina dari tahun 1994 hingga 2006.

Kini telah menjadi sasaran berbagai tindakan represif. 

Ia bahkan pernah ditangkap dan dilarang memasuki Masjid Al-Aqsa, serta mendapat larangan perjalanan.

Pengacara Syekh Sabri, Khaled Zabarka, mengungkapkan bahwa kliennya kini menghadapi serangan dari sayap kanan Israel, termasuk penggerebekan rumah dan larangan bepergian yang dikeluarkan baru-baru ini.

Sementara itu, situasi kesehatan di wilayah Palestina, khususnya di Jalur Gaza, semakin memburuk pasca intensifikasi pengeboman oleh Israel. 

Richard Pepperkorn, Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Tepi Barat dan Gaza, menyebutkan bahwa sejumlah rumah sakit tidak berfungsi dengan baik, dan wabah penyakit meningkat di kalangan penduduk.

Pepperkorn menyatakan bahwa dari 36 rumah sakit di Jalur Gaza, hanya 18 yang berfungsi dengan kapasitas terbatas. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: