Setelah itu, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi. (Baca tulisan edisi berikutnya mengenai tahapan pengolahan air baku).
Instalasi Pengolahan Air PDAM UP Bakung
Proses ini tentu memakan waktu yang tidak singkat. Dan sumber air bakunya dalam kondisi normal (ideal). Bukan seperti air baku Sungai Ogan yang ketika banjir meluap yang warnanya seperti susu.
Kalau airnya seperti itu, jelas waktu perlakuan dan tahapan proses IPA lebih rumit lagi.
Jadi, wajar Direktur PDAM OKU, Abi Kusno mengatakan dengan kondisi air baku seperti Sungai Ogan yang bukan lagi keruh, melainkan sudah dikategorikan lumpur, PDAM mengalami kesulitan.
"Jadi kalau ingin mengejar kualitas air yang memang benar-benar bersih, kita tidak akan bisa memenuhi kebutuhan air pelanggan," ujar Abi Kusno saat menerima puluhan warga Perumahan Karang Sari yang demo ke PDAM.
BACA JUGA:Penyertaan Modal Pemkab OKU ke PDAM Tirta Raja Hingga 2016 Cukup Fantastis
Jika PDAM menjalankan prosedur dan tahapan proses IPA dengan kondisi Air Baku Sungai Ogan yang terkategori lumpur itu, tak akan bisa memenuhi kebutuhan pelanggan.
Karena, itu tadi perlu rentang waktu yang lama. Sementara konsumen PDAM jumlahnya mencapai 17.000 dan minta pendistribusian air yang cepat.
"Kita hanya bisa memenuhi 20 sampai 30% saja. Apalagi sistem pengolahan air di Unit Pelayanan (UP) berbeda dengan di kantor pusat," kata Abi Kusno.
Dengan demikian hitung-hitungan atau otak-atik angka tersebut diatas tidaklah ideal. Itu berlaku jika kondisi sumber air bakunya ideal, bukan kategori lumpur.
Kemudian sangat tergantung juga dengan daya tampung bak pengolahan air. Percuma kapasitas besar, misalnya 80 sampai 100 liter per detik, kalau bak penampungannya hanya mampu untuk 3.000.000 liter atau 3000 kubik.
Kemudian masa operasi IPA. Hiitungan penulis dalam proses produksi air bersih pada IPA Bakung dengan asumsi 20 jam beroperasi sehari (skala 24 jam).