Arang Kayu di ‘Tugu Monas’
Ujang, operator eskavator yang lari ke bisnis arang kayu-baik-liputan
Harga per karung arang di pasaran (pasar Baturaja) Rp 40 ribu. Pendapatan kotornya per kali bongkar lebih kurang Rp 2,8 juta. Potong biaya bahan baku, upah pegawai mulai dari nyusun kayu arang hingga bongkar Rp 1.050.000.
“Tipis pak untungnya. Per kali bongkar sekitar Rp 1.500.000 hingga Rp 1.700.000. Tapi jadilah untuk bertahan hidup,” kata Ujang.
Cara kerja membuat arang kayu. Menurut Ujang kelihatan sederhana tapi cukup rumit. Belum lagi pengaruh cuaca. Kalau sering hujan, terkadang arangnya mentah. Istilahnya tidak jadi. Untuk menghasilkan arang yang bagus pun harus telaten. Benar-benar dijaga proses pembakarannya. Apinya terlalu besar pun tidak boleh. Dan membutuhkan pengawasan.
Proses pembuatn arang, kayu disusun sedemikian rupa. Dalam satu truk itu bisa dibuat dua atau tiga tobong pembakaran. Tobong dimaksud gundukan kayu yang telah disusun, ditimbun dengan tanah. Tapi tanahnya tidak terlalu tebal. Diatasnya ditumpuk juga rumput kering. Rumput kering inilah sebagai bahan untuk membakar kayu. Atau untuk pembakaran awal dicampur dengan bahan plastik yang mudah terbakar.
“Lama pembuatan arang lebih kurang satu minggu. Dari nyusun kayu, proses pembakaran dan pembongkaran. Kadang kalau hari sering hujan lebih dari satu minggu Pak,” tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: liputan