Disway Award

Mengapa Bumi Sriwijaya Kaya, Tapi Tetap Masuk 10 Provinsi Prasejahtera di Indonesia?

Mengapa Bumi Sriwijaya Kaya, Tapi Tetap Masuk 10 Provinsi Prasejahtera di Indonesia?

Foto: R10 - Ilustrasi--

Mereka adalah buruh harian tanpa lahan, pekerja serabutan tanpa kepastian, dan masyarakat yang tak memiliki pintu masuk ke rantai ekonomi menengah ke atas.

 

Inilah wajah kemiskinan struktural prasejahtera yang bukan lahir dari kemalasan, tetapi dari ketidakadilan dalam distribusi peluang.

Yang kaya semakin mengakar di sektor energi dan perkebunan, sementara yang miskin hanya menjadi penonton di ladang sendiri.

 

Lantas, bagaimana solusinya?

Tentu tidak cukup dengan seminar dan retorika. Pemerintah harus berhenti memoles laporan dan mulai membentuk “super team” lintas sektor untuk membedah akar prasejahtera secara nyata.

 

Langkah pertama, analisis dan pemetaan data prasejahtera secara presisi. Di mana lokasi kantong prasejahtera? Apa potensi yang bisa dikembangkan di sana?

Langkah kedua: ciptakan ekosistem ekonomi baru dengan pembinaan, pendampingan, dan akses permodalan bagi masyarakat bawah.

 

Perbankan harus hadir dengan skema inklusif, sektor pertanian dan perikanan perlu membuka ruang bagi inovasi rakyat, dan infrastruktur harus mendukung tumbuhnya ekonomi lokal.

 

Lebih penting lagi, pemerintah wajib menjamin pangsa pasar bagi produk rakyat. Jangan biarkan mereka memproduksi tanpa kepastian siapa pembelinya.

Ekosistem ekonomi harus memiliki siklus yang utuh dari perencanaan, pelaksanaan, hingga menghasilkan output yang benar-benar menambah pendapatan masyarakat yang tidak mampu.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: