Wang Buliau

Senin 03-07-2023,05:30 WIB

Ia punya cara tersendiri untuk menanam nanas istimewa. Lama: 1,5 tahun baru panen. Merknya: Ananas. Manisnya justru di bagian tengahnya. Renyah pula. Kalau Anda biasa membuang bagian tengahnya itu, jangan lakukan untuk Ananas.

"Di mana bisa beli?" tanya saya.

Fajar menyebut salah satu nama supermarket. "Tapi sekarang lagi kosong," katanya.

Pun Wang Buliau. Tidak selalu ada. Apalagi kalau dalam jumlah banyak. Harus memesan dulu tiga bulan sebelumnya.

Begitu khususkah?

"Sebelum dijual saya perlakukan secara khusus," kata Fajar.

"Makanannya saya ubah," tambahnya.

Selama tujuh tahun ikan itu ia beri makanan ikan biasa. Tiga bulan sebelum dijual hanya diberi makan kelapa tua. Kelapa itu diparut besar-besar. Dicampur berbagai macam buah. Dari situlah salah satu sumbernya: mengapa rasanya istimewa.

Saya pun ingat kepiting Kenari dari Palu atau Gorontalo. Kepiting Kenari suka naik pohon kelapa. Menjadi musuh petani kelapa. Maka kepiting Kenari sangat istimewa: yang asli.

Saya juga ingat ikan Patin sungai Mahakam. Betapa enaknya. Duluuuuu. Ketika Mahakam masih belum jadi jalan tol untuk angkutan kayu dan batu bara. Ketika masih banyak pohon buah bolok di pinggir-pinggirnya.

Patin Mahakam memakan buah bolok itu. Manusia menjauhinya. Yakni buah yang sudah masak. Yang jatuh ke sungai.

Sayang lagu daerah Kutai yang terkenal, Buah Bolok, hanya menceritakan 'dibuang sayang'. Dengarkan sendiri di YouTube. Istri saya suka menyanyikannya. Tidak ada lirik yang menghubungkannya dengan kenyamanan rasa Patin Mahakam.

Fajar memang tidak pernah kesusu untuk kendapat uang. Yang penting hatinya senang. Sampai sekarang pun, di umur 67 tahun, ia masih tinggal di komplek peternakan ikannya itu. Di Semolowaru Surabaya.

Ia masih memberi makan ikan-kannya. Menangkapnya. Ia lagi fokus bagaimana bisa membuat Wang Buliau punya banyak warna. Agar di samping jadi makanan elit juga busa jadi ikan hias langka.

Cita-cita Fajar yang lain: menciptakan kebanggan bagi orang yang mampu mengadakan pesta dengan sajian Wang Buliau.

Ia tahu zaman selalu berubah. Tapi kesukaan makan tidak pernah berubah. Orang selalu bangga kalau bisa makan menu yang sangat bergengsi. Antara lain karena mahalnya.

Kategori :

Terkait

Jumat 15-09-2023,05:15 WIB

Ruang 48

Jumat 21-07-2023,05:23 WIB

Zaytun Sinagog

Selasa 18-07-2023,05:35 WIB

Gak Patheken

Senin 17-07-2023,06:10 WIB

IDI PWI

Minggu 16-07-2023,05:34 WIB

Rambut Putih