Soalnya, memang Raja, si calon suami asli Yogyakarta yang tinggal di Lampung. Menurut tradisi adat kebanyakan orang Jawa, jika orang tua/ayah si calon pengantin perempuan meninggal dunia, maka dilaksanakan adat nikah dihadapan mayit. Kalau tidak, maka pelaksanaan akad nikah akan ditunda setahun kemudian.
“Jadi, waktu ayahnya Raja menanyakan kesiapan kami untuk menikah. Kami jawab siap. Karena memang persiapan seperti mas kawin dan lainnya sudah siap,” kata Putri.
Putri dinikahi Raja dengan mahar berupa cincin emas dan uang Rp 2.000. Sayangnya penulis tidak sempat menanyakan berapa gram cincin emas itu. Yang jelas terpasang di jari manis tangan kanannya. Perkiraan penulis kisaran 10 gram lebih. Sedangkan uangnya ada dua lembar, pecahan Rp 1.000 cetakan 1992, bergambar orang melompati batu (bagian belakang) dan bagian depan gambar Danau Toba.
Uang kertas pecahan Rp 1000 cetakan BI tahun 1992. sumber : internet
“Awalnya uang mau sebesar Rp 2023 kak (sama dengan tahun nikah), tapi karena panik dalam musibah susah nyari pecahan lainnya, ya jadinya 2000. Sesuai tahun lahir kami,” kata Putri yang diamini ibu dan kakaknya.
Setelah menikah, Putri dan Raja serta keluarga besar tetap akan melangsungkan acara resepsi di Lampung sesuai tanggal yang telah ditetapkan. Jumat, 19 Mei 2023. Gedung dan segala persiapan sudah semua. “Tetap akan kita laksanakan sesuai jadwalnya. Dan tetap di Lampung. Kenapa di Lampung, karena di tengah-tengah. Keluarga Raja yang dari Yogyakarta dan keluarga di Baturaja (Saung Naga), juga dekat,” tambah Marni, ibunya Putri. (purwadi)