Rela Temani Kakek Dul ke Gua Napalicin dan Singapur
Ki Parno dan Kakek Dulmukti Djaja, urutan 1 dan 2 dari kiri ketika foto bersama SBY dan Ani Yudhoyono-repro-Buku Ki Parno Sang Dalang
KI Soeparno Wonokromo (Disadur dari Buku Ki Parno Sang Dalang)
*Mengenang 2 Tahun Meninggal H Soeparno Wonokromo, Raja Koran dan TV Lokal Sumbagsel, Jawa Barat, dan Jawa Tengah
Oleh: Purwadi
Pandangan H Dulmukti Djaja Terhadap Sosok Bos Parno
KAKEK begitu kami-awak redaksi Sumatera Ekspres sering memanggil H Dulmukti Djaja. Era tahun 2000 an, Kakek sangat gesit dalam mengambil angle foto saat meliput di lapangan.
Meski usianya tidak muda lagi, sudah 60 an tahun lebih. Kakek masih bisa bersaing dengan wartawan foto yang muda muda.
BACA JUGA:5 Pengisi Buku Ki Parno Sudah Tiada
Tidak jarang Kakek memanjat gedung tinggi, jembatan, bahkan naik pesawat Helykopter demi mendapatkan angle gambar yang kualitas exellent.
Pensiunan PT Pusri ini pantang pulang ke kantor sebelum mendapatkan gambar yang bagus. Padahal ketika itu kamera yang kakek pakai masih analog belum digital.
Peralatan terbatas. Masih pakai negatif film. Harus dicetak dulu di studio foto. Baru bisa masuk redaksi untuk discaner buat koran. Pokoknya ribet.
Makanya kakek ingin sekali memiliki kamera digital. Praktis dan tanpa cetak di studio foto lagi. Tetapi, saat itu harganya sangat mahal. Puluhan juta rupiah harganya.
BACA JUGA:Mas Parno, Pengusaha yang Peduli Budaya
Barangnya pun belum banyak beredar di Indonesia. Harus ke Singapur. Belinya juga pakai dollar.
"Alhamdulillah, ketika saya usulkan ke Pak Parno, beliau setuju untuk membeli kamera digital," ujar Kakek seperti ditulisnya dalam buku Ki Parno Sang Dalang.
Kami tahu betul banyak pengalaman dan hal baik yang Kakek alami ketika bersama Bos Parno di Sumatera Ekspres. Namun, yang berkesan hanya dua hal bagi Kakek.
Yang pertama, itu tadi beli kamera digital ke Singapur. Kata Kakek, Bos Parno langsung yang menemaninya ke Singapur pada tahun 2000 an.
"Saya ingat betul ketika itu bulan puasa (Ramadhan). Kami ke Singapur dan harus menginap," tulis Kakek.
Begitu sampai di Singapur saat di Hotel, Kakek mengalami demam. Dan pada saat mau sahur, Bos Parno rela keluar hotel malam-malam mencari bubur buat sahur Kakek.
"Pak Parno membangunkan saya untuk sahur. Saya lihat sudah ada bubur untuk saya Sahur," ujar Kakek.
Yang kedua, kebaikan Bos Parno kata Kakek Dulmukti Djaja ketika dia ingin mengunjungi tempat wisata Gua Napalicin di Musi Rawas (sekarang masuk Musirawas Utara).
Menurut Kakek objek wisata ini belum begitu terekspos.
"Saya mengajak wartawan tidak ada yang mau. Akhirnya, karena saya ingin sekali Pak Parno yang menemani saya. Jika Pak Dul ingin sekali ke sana. Ayo saya temani," kata Kakek menirukan ucapan Bos Parno.
Ke Napalicin bukan hal yang gampang. Perjalanan darat dari Palembang ke Lubuklingalgau-Musi Rawas lewat darat memakan waktu 6 hingga 7 jam.
Dari Lubuklinggau ke Muara Rupit sekarang ibukota Kabupaten Musirawas Utara 1 jam perjalanan dengan mobil.
Lalu, naik speedboat (sekoci/ perahu bermesin di belakang) ke arah Kecamatan Ulu Rawas. Berbatasan dengan Rejang Lebong, Bengkulu dan Provinsi Jambi.
Sesampainya di Desa Napalicin ternyata untuk menuju Gua Napalicin harus naik perahu lagi melintasi sungai bebatuan yang deras arusnya.
"Pak Parno ikut. Kami naik perahu melawan derasnya arus sungai bebatuan. Pak Parno pegang dayung juga. Kami harus menginap di sana," ujar Kakek yang tidak bisa melupakan kebaikan Bos Parno.
Dalam hal kepemimpinan. Menurut Kakek, sosok Bos Parno sangat mengayomi namun bijaksana dan tegas. Yang baik dipuji, dihargai. Yang salah dikatakan salah serta dinasehati.
"Pak Parno orang baik dan jadi panutan. Saya yakin masih banyak lagi kebaikan Pak Parno bukan kepada saya saja, dengan orang lain juga begitu," kata Kakek.
"Semoga kebaikan Pak Parno menjadi amal ibadah disisi Allah. Diampuni segala dosanya. Serta digolongkan sebagai umat Nabi Muhammad, Rosulullah SAW," tutup Kakek Doelmukti Djaja.
Budi Santoso: Pesan Pak Parno Harus Kerja Keras
Selaku wartawan muda Budi sangat mengidolakan Bos Parno yang piawai dalam memimpin perusahaan.
Bos Parno memang rajin mengunjungi perusahaan di daerah. Apalagi perusahaan yang baru merintis seperti Linggau Pos.
Koran di Lubuklinggau yang pertama untuk di kabupaten kota se Sumsel diluar Palembang.
"Pak Parno sering mengunjungi kami. Hampir setiap bulan beliau berkunjung. Kadang kadang ikut mengedit berita. Dan memberikan motivasi kepada kami," ujar Budi Santoso.
Saat Bos Parno ke Lubuklinggau, teman teman senang sekali. So pasti. Ada perbaikan gizi. He he he.
Hampir bisa dipastikan kalau Pak Parno berkunjung kata Budi, mereka diajak makan makan.
"Setelah pekerjaan redaksi selesai kami diajak makan. Seluruh karyawan diajak, tanpa kecuali," katanya.
Makannya pun di KFC. Di samping hotel Royal Lubuklinggau. Simpang 4 RCA. "Kami sangat senang. Apalagi makan di KFC," tambah Budi.
Ketika makan itulah Bos Parno sampil bincang bincang memberikan motivasi kepada karyawan Linggau Pos.
Kemudian yang paling berkesan lanjut Budi. Suatu saat Bos Parno mampir di kantor Linggau Pos di Talang Jawa (waktu masih sewa ruko).
Waktu itu Bos Parno dari Bengkulu hendak ke Palembang. Karena tidak membawa kendaraan dan sopir Bos Parno minta diantar ke stasiun KA Lubuklinggau.
"Karena saya sendiri di kantor, maka saya yang antar Pak Parno. Dengan motor suzuki shogun inventaris kantor saya antar Pak Parno," kata Budi.
Di atas motor itulah Budi mendapat pesan yang menjadi penyemangatnya bekerja. "Dik, kalau mau sukses kamu harus kerja keras," papar Budi menirukan ucapan Bos Parno.
Itulah sekelumit kesan dan pesan mereka yang wafat setelah kepergian Bos Parno. Waktu memang cepat berlalu. Kenangan indah tak bisa terulang lagi. Masa depan pun masih menjadi rahasiaNya.
Selamat jalan Ki Parno, Ki Margiono, Ki Manteb, Kakek Dulmukti Djaja, Mas Juli dan Budi Santoso.
Semoga Allah lapangkan kubur orang orang baik ini. Diampuni dosa dan khilapnya serta diterima segala amal ibadahnya. Aamiin.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: buku ki parno sang dalang