Begini Asal Usul Nama Belitang yang Melegenda di Sumatera Selatan, Pernah Disambangi Tiga Presiden RI Apa Daya Tariknya, atau magnet kecamatan tersebut?
BELITANG, okutimurpos.com, sebuah nama yang identik dengan keberhasilan agraris banyak menyimpan cerita menarik tentang asal-usul namanya.
Ya, tidak ada catatan resmi yang menjelaskan etimologi nama Belitang. Hanya menurut legenda lokal, kata "Belitang" berasal dari frasa "belit-melintang".
Artinya menggambarkan banyaknya pohon dan akar yang berbelit-belit di wilayah ini pada masa lampau.
Pemandangan alam yang khas inilah yang kemudian diadopsi oleh masyarakat setempat sebagai nama daerah mereka.
Ya daerah ini pada era Orde Baru, nama Belitang tidak hanya dikenal karena asal-usul namanya yang unik.
Tetapi, juga karena kemajuannya dalam produksi padi. Daerah ini bertransformasi menjadi lumbung padi yang sangat penting bagi ekonomi lokal dan nasional, menandai periode kemakmuran dan kelimpahan.
Warga Belitang hingga kini masih mempertahankan tradisi pertanian yang telah lama menjadi tulang punggung ekonomi daerah.
Pemerintah setempat juga terus berupaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi padi dengan memperkenalkan teknologi pertanian modern dan metode irigasi yang lebih efisien.
BACA JUGA:Asal Usul Nama Martapura Ibukota OKU Timur, Ternyata Terkait dengan Jejak Sejarah Kesultanan Banjar
Dikenal karena kekayaan hasil pertanian khususnya padi, Kecamatan Belitang di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU Timur), Sumatera Selatan, telah beberapa kali mendapat kehormatan dikunjungi oleh para Presiden Indonesia.
Tercatat tiga Presiden RI yang pernah menjabat , Soeharto, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono, telah menapakkan kaki di sini untuk menghadiri panen raya.
Itu momen menandai pentingnya daerah ini dalam peta pertanian nasional.
Kabupaten OKU Timur yang luasnya mencapai 3.370 km² dan memiliki populasi sekitar 650.613 jiwa, dengan kepadatan mencapai 334.856,00 jiwa per km², ini memang spesial.
Dibentuk pada tahun 2003, kabupaten ini menyimpan cerita mengenai transmigrasi yang besar, dimana sekitar 60% penduduknya adalah transmigran yang telah menetap sejak 1936.