Penggilingan Sepi, Petani Pilih Jual Gabah Ketimbang Beras, Ini Penyebabnya

Penggilingan Sepi, Petani Pilih Jual Gabah Ketimbang Beras, Ini Penyebabnya

FOTO : DEO/OKUTPOS SEPI : Penggilingan padi di Kabupaten OKU Timur saat ini sedang sepi.-ist-claudeo

MARTAPURA – Ada fenomena menarik di petani Kabupaten OKU Timur saat ini. Pabrik penggilingan Padi sepi karena petani lebih memilih jual gabah ketimbang beras.

Menurut Nursodik, salah satu pemilik penggilingan padi di Desa Sukamulya, Kecamatan Semendawai Suku III, untuk panen musim ini masih sama seperti tahun sebelumnya banyak petani yang enggan menggiling padinya ke mesin penggilingan.

"Karena proses dari gabah menjadi beras itu lama, paling tidak membutuhkan waktu tiga sampai empat hari. Proses pengeringan gabah itu membutuhkan waktu dan biaya sehingga banyak petani yang lebih memilih menjual gabah," katanya.

Selain itu, setelah dihitung harga jual gabah lebih tinggi di banding harga jual beras.

"Karena biasanya ada penyusutan berat, misal gabah 100 kilogram bisa menjadi 80 Kg karena proses pengilingan. Mungkin itu yang menjadi alasan petani menjual gabah," ujarnya.

Sementara, Toro yang juga salah satu pemilik pengilingan Padi, dirinya mengaku petani kini banyak yang tidak mau memproses gabah menjadi beras. Petani lebih memilih menjual gabah setelah dipanen.

“Jadi sekarang pabrik pengilingan lumayan sepi, meski masih ada masyarakat yang memproses gabah menjadi beras. Namun sudah tidak banyak seperti tahun-tahun sebelumnya," terangnya.

Sedangkan, Adi pengurus penggilingan padi di Desa Keromongan, Kecamatan Martapura menyampaikan, saat ini pihaknya tidak pernah membeli gabah, namun hanya melakukan jasa penggilingan padi.



"Untuk satu pikulnya biasanya penggiling padi menerima 10 persen. Kami tidak membeli gabah karena tidak sempat untuk mengerjakan seperti jemur gabahnya. Lalu untuk penjualan beras kami menjual di harga Rp 11.500 sampai Rp 12.000 per kilogram," ujarnya.

Lalu, ia menceritakan bahwa saat ini petani yang melakukan penggilingan ditempatnya mengalami penurunan. Karena pada saat panen rajo (panen pertama) mendapatkan sekitar 3 ton.

Sedangkan untuk panen gadu (panen yang kedua) ini dapat sekitar satu ton.

"Ini bukan penghasilan bersih, karena ada potongan saat melakukan pengilingan padi. Seperti kebutuhan solar untuk mesin pengilingnya dan juga pergantian peralatan pabrik yang rusak," pungkasnya. (clau)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: liputan