Cendekiawan Muslim Dalam Jendela Ilmu Kalkukus

Cendekiawan Muslim Dalam Jendela Ilmu Kalkukus

Sheila Aprilia --

Para ilmuan muslim ini turut berkontribusi besar dalam sejarah peradaban Islam melalui perannya dalam pengembangan matematika. Islam melalui sejarah peradabannya mencacat sejarah bahwa ilmuan muslim Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi telah ikut bersumbangsih dalam perkembangan ilmu matematika. Beliau berjasa dalam mengenalkan dasar-dasar aljabar.

Ilmu aljabar adalah ilmu peninggalan Arab[1]islam dari karya Al-Khawarizmi. Beliau menggagas ilmu ini dan menjadikannya sebagai ilmu tersendiri yang terpisah dari ilmu hitung. Ilmu aljabar ini dibukukan dalam sebuah buku berjudul “Aljabar wal Muqabalah” (Muhammad Gharib Jaudah, 2012: 104).

Aljabar adalah alat utama yang digunakan untuk menguasai ilmu kalkulus. Berkat penemuan dan pengembangan aljabar yang dilakukan oleh ilmuan al[1]Khawarizmi menjadi sebuah inovasi baru untuk terciptanya ilmu baru yaitu kalkulus. Sebab kalkulus menggunakan dasar pengembangan dari aljabar.

Tanpa penemuan al-Khawarizmi, kalkulus mungkin tidak akan lahir. Oleh karena itu terbukti bahwa ia telah menjadi salah satu elemen terpenting dalam perkembangan kalkulus hingga saat ini. Di dalam pengembangan ilmu kalkukus, terdapat seorang ilmuan islam yang ditersohor sebagai Mahaguru kalkukus.

Ilmuan Islam itu ialah Khusiyar Ibn Laban yang lahir pada awal abad ke 11 Masehi. Ilmuan ini ternyata selain dikenal sebagai Mahaguru kalkulus, juga merupakan seorang ahli matematika dan astronomi asal Persia dan inspirator modern revolusi komputasi dalam buku bertajuk “Sejarah Islam yang Terlupakan”. Karya andalan Khusyiar diabadikan dalam dua juz yaitu Juz al-jami' dan Juz Al baliq (Abdul Syukur al-Azizi, 2018:184).

Lewat berbagai karya yang dibuat oleh Khusiyar Ibn Laban, ilmu kalkulus menjadi berkembangan luas ke berbagai negara sampai saat ini. Cendikiawan Islam lain yang turut serta bersumbangsih dalam jendela ilmu kalkukus ialah Al-Karaji. Tokoh muslim ini akrab disapa sebagai "Pakar Matematika" yang berasal dari negara Persia. Terbukti dalam buku yang ditulisanya berjudul Al Kafi'fi Al Hisab yang berbicara tentang proses-proses kalkulus mental yang disebut Al Hawa'i.

Ilmuan muslim ini pertama kali menemukan konsep limit di masa peradaban Islam. Al-Karaji juga menjelaskan proses kalkulus dengan membahas proses kalkukus dengan menyangkutkan ilmu keagamaan. Terbukti jelas bahwa cendikiawan Al-Karaji bersumbangsih penuh dalam membuka jendela ilmu kalkulus, berkat kegigihannya dalam mengembangkan kalkukus melalui penggabungan konsep limit dengan keagamaan dalam konteks keagaaman islam.

Tak banyak yang mengetahui bahwa kemajuan yang terjadi pada bidang matematika banyak di pelopori oleh cendekiawan-cendekiawan muslim. Sebagian orang hanya mengetahui ilmuan Barat non muslim saja.

Sebagai penikmat ilmu pengetahuan, dan menjadi bagian dari keduniaan matematika sudah tentu menjadi sebuah keseharusan bagi kita untuk mengapresiasi setiap kontribusi yang telah di berikan oleh para cendekiawan muslim terdahulu, karena berkat kerja keras mereka yang telah menemukan ilmu yang sangat berguna bagi kita di zaman sekarang ini.

Berkat kegigihan cendikiawan muslim di masa lalu, kita bisa merasakan kenikmatan dunia dalam hal matematika, seperti adanya kalkulus yang dapat kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Cendikiawan-cendikiawan muslim ini tentu harus dikenalkan dalam sejarah ilmu matematika, agar dunia tau bahwa ilmuan muslim juga ikut bersumbangsih penuh dalam peradaban dunia.Sebagai anak bangsa pun kita harus berusaha menjaga dan mempelajari ilmu-ilmu yang telah diwariskan oleh cendikiawan muslim, sebagai upaya berterima kasih kita pada mereka.*

 

DAFTAR PUSTAKA

Al- Azizi, Abdul Syukur. 2018. Untold Islamic History. Jakarta: Laksana.

Jaudah, Muhammad Gharib. 2012. 147 Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam. Jakarta: Pustaka At-Kausar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: