Putri dan Raja Mulai Hidup Baru, Ini Usahanya di Lampung

Putri dan Raja Mulai Hidup Baru, Ini Usahanya di Lampung

Putri dan Raja yang menjalani kehidupan rumah tangganya di Lampung. -ist-purwadi

“Waktu sampai di Desa Bindu jalanan macet. Ada orang yang menebang pohon. Saya turun sambil menangis minta didulukan lewat. Karena memang hari sudah siang, sementara keluarga menelpon terus menanyakan posisi saya dan rombongan,” aku Putri.

Akhirnya, setelah pihak keluarga mengetahui Putri dan rombongan terjebak macet di Bindu, mereka pun dijemput. Mobil yang mereka tumpangi ditinggalkan di lokasi macet. “Kami dijemput keluarga. Mobil yang kami tumpangi kami tinggalkan di lokasi macet,” kata Putri.

Begitu sampai di rumahnya, setelah istirahat sebentar, proses ijab kabul pun dimulai. Bertindak sebagai walinya, Darwin Ricardo, kakak kandung Putri. Sebelumnya, Putri dan Raja minta izin kepada Darwin dan ayahnya yang terbujur di ruang tengah samping kamar depan. “Saya minta izin dulu dengan ayah dan kakak (Darwin). Setelah direstui akad nikah pun dilaksanakan,” katanya.

Kenapa Putri minta dinikahkan segera di depan jasad ayahnya? Sebab, kata Putri, menurut adat Jawa, kalau tidak hari itu, maka harus menunggu satu tahun lagi.

“Jadi kami sepakat minta dinikahkan hati itu saja (sebelum pemakaman). Soalnya, memang Raja, si calon suami asli Yogyakarta yang tinggal di Lampung. Menurut tradisi adat kebanyakan orang Jawa, jika orang tua/ayah si calon pengantin perempuan meninggal dunia, maka dilaksanakan adat nikah dihadapan mayit. Kalau tidak, maka pelaksanaan akad nikah akan ditunda setahun kemudian.

“Jadi, waktu ayahnya Raja menanyakan kesiapan kami untuk menikah. Kami jawab siap. Karena memang persiapan seperti mas kawin dan lainnya sudah siap,” kata Putri.

Putri dinikahi Raja dengan mahar berupa cincin emas dan uang Rp 2.000. Sayangnya penulis tidak sempat menanyakan berapa gram cincin emas itu. Yang jelas terpasang di jari manis tangan kanannya. Perkiraan penulis kisaran 10 gram lebih. Sedangkan uangnya ada dua lembar, pecahan Rp 1.000 cetakan 1992, bergambar orang melompati batu (bagian belakang) dan bagian depan gambar Danau Toba.

“Awalnya uang mau sebesar Rp 2023 kak (sama dengan tahun nikah), tapi karena panik dalam musibah susah nyari pecahan lainnya, ya jadinya 2000. Sesuai tahun lahir kami,” kata Putri yang diamini ibu dan kakaknya.

Setelah menikah, Putri dan Raja serta keluarga besar tetap akan melangsungkan acara resepsi di Lampung sesuai tanggal yang telah ditetapkan. Jumat, 19 Mei 2023. Gedung dan segala persiapan sudah semua.

“Tetap akan kita laksanakan sesuai jadwalnya. Dan tetap di Lampung. Kenapa di Lampung, karena di tengah-tengah. Keluarga Raja yang dari Yogyakarta dan keluarga di Baturaja (Saung Naga), juga dekat,” tambah Marni, ibunya Putri.

Itu tadi, sembari menunggu pelaksanaan resepsi pada Mei 2023 mereka menjalankan usaha kuliner dan penyewaan papan bunga ucapan.

Tarif sewa papan bunga di Lampung, menurut Raja sangat murah. Satu papannya diharga Rp 150.000. Itu sudah terpasang di lokasi yang dipesan konsumen.

“Makanya saya terkejut di Baturaja mahal sekali per papan mencapai Rp 200.000 hingga 250.000. Belum lagi kalau pasang di luar kota ada tambahan ongkos angkut da nada minimal pemesanan dua papan,” aku Raja yang diiyakan oleh Putri.

Mereka mengetahui itu, kata Putri ketika ayahnya meninggal ada temannya di Lampung mau pasang ucapan duka papan bunga. Ketika ditanyakan di tukang papan bunga di Baturaja, minimal pesan dua papan dan satu papannya Rp 250.000.

“Mahal sekali,” kata Putri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: liputan