Selain Fosil Manusia Purba, Di OKU Ada juga Temuan Jejak Alat Pemujaan Menhir dan Dolmen

Selain Fosil Manusia Purba, Di OKU Ada juga Temuan Jejak Alat Pemujaan Menhir dan Dolmen

Salah satu bentuk bukit batu kapur yang sering disebut Bukit Pasir-baik-wa grup

*Refleksi HUT OKU ke-113 Tahun

KABUPATEN Ogan Komering Ulu memiliki akar sejarah yang dalam. Pada masa pra-sejarah, wilayah ini telah dihuni oleh suku-suku pribumi, seperti suku Ogan, Komering, dan suku-suku lainnya.

Sebelumnya, para tokoh di Kabupaten Ogan Komering Ulu sempat kesulitan menentukan kapan hari jadi OKU ini. Banyak pendapat yang mempunyai sudut pandang tersendiri dan terus melalui perdebatan serta diskusi.

Mereka hidup dalam kehidupan agraris dan sangat tergantung pada hasil bumi. Penelitian arkeologi menunjukkan adanya peninggalan-peninggalan megalitik di beberapa wilayah Kabupaten OKU, seperti fosil manusia purba, batu-batu besar, menhir, dan dolmen, yang mengisyaratkan keberadaan peradaban awal di sana.

Menhir dan Dolmen merupakan salah satu bentuk tempat pemujaan manusia zaman dahulu. Manusia yang hidup di zaman ratusan bahkan ribuan tahun lalu ternyata memiliki kehidupan dan peradaban yang baik.

Seiring berjalannya waktu, Kabupaten OKU menjadi pusat perdagangan yang penting dalam hubungan ekonomi antara kerajaan-kerajaan di Pulau Sumatera dan wilayah-wilayah di luar pulau tersebut.

Pada abad ke-7 hingga ke-14 Masehi, daerah ini telah menjadi bagian dari beberapa kerajaan besar di Sumatera, seperti Sriwijaya dan Majapahit. Peninggalan sejarah dari masa ini berupa fosil manusia purba yang memberikan gambaran tentang peran strategis Kabupaten OKU dalam hubungan perdagangan dan politik zaman dahulu.

BACA JUGA:Juli, Persoalan Kepegawaian OKU Tuntas, BKPSDM Lagi Siapkan Dokumen

 

Pada abad ke-16, wilayah Kabupaten OKU menjadi bagian dari pengaruh Kesultanan Banten. Namun, pada pertengahan abad ke-17, Kesultanan Banten mengalami kemunduran akibat konflik internal dan tekanan dari Belanda yang mulai ekspansi di wilayah Nusantara.

Sebagai akibatnya, Kabupaten OKU dan sekitarnya jatuh ke tangan Belanda. Penguasaan Belanda atas wilayah ini tidak berlangsung tanpa perlawanan.

 

Berbagai perang gerilya dan perlawanan dilakukan oleh masyarakat pribumi untuk melawan penjajahan Belanda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: rewrite