Babak Penyisihan
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno dan Menteri BUMN, Erich Thohir Hadir di Harlah PPP ke-50-Intan Afrida Rafni---
Mirza Mirwan
Mungkin masih banyak pembaca CHD yang ingat event grand prix F1H20 di Danau Toba 24-26 February yang lalu -- pertama kalinya di Indonesia. Tetapi mungkin hanya kurang dari 10 pembaca yang tahu bahwa sejak 28 April kemarin hingga hari ini, 30/4, event yang sama digelar di Tiongkok. Sebelum pandemi negeri Panda itu sudah beberapa kali menjadi tuan rumah grand prix F1H20. Tempatnya berpindah-pindah. Tetapi venue-nya selalu di sungai. Kali ini giliran Zhengzhou yang menjadi kota penyelenggaranya. Venue-nya di Sungai Kuning (Huanghe). Pembalap powerboat Shaun Torrente dari AS yang berlaga untuk klub Abu Dhabi Team menjadi jawara di Tiongkok 2018 dan 2019. Beberapa hari yang lalu ia sesumbar bisa mengulang kesuksesannya sebelum pandemi dulu. Tetapi di babak kualifikasi 1, 2, dan 3 kemarin ia kalah dari Sami Selio, Rashed Al-Qemsi, dan Jonas Andersson. Tetapi bukan berarti di babak terakhir hari ini ia tak punya kesempatan untuk menjadi juara. Begitu juga dengan Bartek Marszalek dari Polandia (klub Stromoy Norwegia) yang menjuarai Grand Prix Danau Toba. Di babak kualifikasi Bartek berada di papan tengah dari 20 pembalap.
Amat K.
*Peringatan! Membaca tulisan di bawah dapat menyebabkan pusing (sedikit) dan perut lapar bagi yang belum makan. Pertanyaan Bung @Yusuf Ridho semalam membuat saya meneroka alam maya. "Mengapa kata "Anda" harus diawali dengan huruf kapital?" "Karena berdasarkan EYD V ditetapkan seperti itu." Jawabannya tidak bisa seperti itu kata Pak Pry. "Setiap ilmuwan dituntut berpikir kritis. Tanpa sikap itu ia hanyalah sarjana semu". "Tapi saya bukan sarjana, tak apa tak kritis." Bukan begitu. Poinnya adalah "kritis". Pun jangan lupa "analisis". Jangan menjadi "pemulung akademis". Is is is. Lanjut? Lanjuuut! Musiiiik! Dalam EYD V ada kaidah berikut. "Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, dan adik serta kata atau ungkapan lain (termasuk unsur bentuk ulang utuh) yang digunakan sebagai sapaan." Kemudian ditambahkan salah satu catatan pengecualian: a. Kata Anda ditulis dengan huruf awal kapital. ....
Amat K.
Anda adalah kata ganti atau pronomina orang kedua. Sama seperti kamu, ente, elu, sampeyan, engkau, dll. Dalam sebuah tuturan, menurut Brown dan Gilman -yang meneliti pengguna bahasa Eropa sana- pemilihan kata ganti orang kedua dipengaruhi faktor kekuasaan dan solidaritas. Kekuasaan dan solidaritas di antara penutur dan mitra tutur tersebut memunculkan dua bentuk kata ganti orang kedua "Vos" (selanjutnya disingkat V) untuk mitra tutur yang kedudukannya lebih tinggi dari penutur dan "Tu" (selanjutnya disingkat T) untuk mitra tutur yang kedudukannya dianggap lebih rendah dari penutur. Dalam penerapan, kaitannya dengan kekuasaan "simpelnya" seperti ini: 1) ketika penutur dan mitra tutur sama-sama berkuasa akan menggunakan V; 2) ketika penutur dan mitra tutur sama tidak berkuasa akan menggunakan T; 3) ketika penutur lebih berkuasa daripada mitra tutur akan, dia akan menggunakan T lalu dibalas dengan V; sebaliknya 4) ketika penutur tidak lebih berkuasa daripada mitra tuturnya akan menggunakan V dan dibalas dengan T. Kemudian dikaitkan dengan solidaritas. Jika penutur dan mitra tutur sama berkuasa dan mempunyai hubungan solidaritas, mereka cenderung menggunakan T. Apabila sama berkuasa antara penutur dan mitra tutur tetapi tidak ada hubungan solidaritas, mereka akan menggunakan V sebagai sapaan.
Amat K.
Masuk ke persoalan "Anda". Lazim digunakan sekarang, "Anda" (V) sebagai bentuk penghormatan kepada mitra tutur, dianggap lebih berkuasa ataupun lebih tua yang layak dihormati. Namun 5-u, mengapa harus dituliskan dengan "A kapital" di awal kata? Apa bedanya dengan "anda"? Toh sama lafalnya. "anda" atau "Anda" sudah melambangkan V untuk mitra tutur, bukan "kamu". "anda" saja sudah cukup, mengapa harus "Anda"? Ada yang membedakan kata ganti orang kedua yang formal dan informal. "Anda" adalah bentuk formal, penghormatan khusus untuk orang-orang yang dihormati. Sejarahnya dahulu, "Anda" ini berasal dari kata "andika" -sapaan hormat orang kedua; Tuanku-. Makanya "Anda" dituliskan dengan A kapital. Di antara banyak kata ganti orang kedua tadi mengapa cuma "Anda" yang mendapat keistimewaan dengan huruf kapital? Lagipula, berbahasa tidak lepas dari "rasa" dan budaya. Dengan alasan keformalan dan penghormatan, belum tentu "Anda" cocok digunakan dalam semua situasi kondisi tuturan. Untuk menghormati saudara tua juga ayah-ibu, menurut saya "Anda" kurang tepat digunakan. Cuma "Anda" yang berhuruf kapital, terkesan semena-mena.
Gianto Kwee
Konon kata "Anda" Terinspirasi dari nama semenanjung "Andalusia" Anda - Kamu (Halus) Lu - Kamu (Umum) Sia - Kamu (Sunda kasar) Hanya "Otak-atik Gathuk"
AnalisAsalAsalan
Mas @Amat K Tentang kata ganti 'Anda' dan sejenisnya. 1. Kalau 'engkau' diawali huruf besar, bagaimana membedakan 'Engkau' untuk berdoa dan bukan? Maka, sudah tepat ada 'engkau' dan 'Engkau' di tengah kalimat. 2. Di KBBI kata 'Anda' tidak seperti yang sampean tulis. Ini di KBBI: An.da1 ⇢ Tesaurus pron sapaan untuk orang yang diajak berbicara atau berkomunikasi (tidak membedakan tingkat, kedudukan, dan umur) Tentang rasa, apakah sampean menggunakan kata 'kamu' saat memanggil ayah atau ibu? Kalau di daerah saya, itu sangat tidak sopan. Menggunakan 'Anda'? Lucu bingits. Jadi, tetap menggunakan panggilan 'Ayah' atau 'Ibu' atau mengadopsi bahasa Jawa 'njenengan'. Pertanyaan utama, "Mengapa kata 'Anda' selalu diawali huruf besar?" Googling saja: Asal Usul Kata Anda, Diperkenalkan Pertama Kali Perwira TNI Di Tribun Manado ditulis dengan jelas. Rosihan Anwar yang mengusulkan. Berikut ini alasannya: Untuk mencegah perasaan feodal masuk yaitu kepada orang tinggi dipaka huruf besar sedangkan kepada yang rendah dipakai huruf kecil. Jadi biar setara semua penulisan kata 'Anda' diawali huruf besar.
AnalisAsalAsalan
Mas @Amat Seorang teman datang dari Jakarta -- cowok & ganteng -- kalau bicara selalu menggunakan kata 'Lo'. Saya tanya, "kalau sama teman kan menggunakan kata 'kamu'? Dia bilang, "Di Jakarta nih, kalau ada cowok bilang ke dia 'kamu', dia langsung menyingkir. Hiiiii, jijay." Apakah kata 'kamu' harus direvisi dari KBBI dengan alasan rasa sudah berubah? Hahahahaha.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: