Ilmu Gempa

Ilmu Gempa

Warga di Desa Pasir Goong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, berinisiatif mendirikan ‘Tenda Sakinah’ bagi korban gempa Cianjur. -Instagram @ussfeed---

PARA korban gempa di Cianjur pun salat gaib untuk korban gempa Turkiye. Setelah salat Jumat kemarin. Jumlah korban tewas di Turkiye itu sudah mencapai 24.000 orang.

Sahabat Disway di Cianjur, Fadillah Munajat, baru tiga minggu meninggalkan tenda. Akibat gempa Cianjur September lalu: 635 tewas. Rumahnya sendiri, di kampung Cibeleng Hilir, RT 03/01, Desa Cikancana, sedang  diperbaiki. Belum selesai. Tapi ia sudah merasa aman.

Hari itu tenda yang selama 3 bulan ia tempati dibongkar. Kamar atas di rumahnya sudah ia tata. Malam itu, malam pertama pulang dari tenda, ia akan bisa tidur nyenyak. Ia pun tidur bersama istrinya.

Ternyata pukul 03.00 dini hari Kang Fadil terbangun. Begitu juga istri dan anak mereka. Malam pertama itu ternyata disambut gempa. Gempa tunggal. Besarnya 4,5 skala richter.

 

Kang Fadil lari turun. Keluar rumah. Disertai istri dan anak. Ia tidak lagi mimpi buruk. Gempa beneran. Tiga minggu lalu itu.

Tetangga pun meninggalkan rumah mereka. Tenda sudah telanjur dibongkar. Meski tidak ada gempa susulan, mereka tidak ada yang kembali masuk rumah. Sampai pagi.

Mengapa berani tidur di lantai atas?

“Kami sudah berhitung. Justru kalau di kamar bawah kami takut tertimpa beton," katanya.

Untuk perbaikan rumahnya itu Kang Fadil dapat bantuan dari Presiden Jokowi. Ia masuk rombongan dapat bantuan rusak sedang: Rp 30 juta. Sekarang sudah dua kali cair. Kurang sekali lagi.

Kontrol dari kementerian PUPR kelihatannya ketat. Tahapan itu dicairkan setelah di lapangan ada kemajuan.

Kang Fadil tidak merobohkan rumahnya yang retak berat. Tim ahli yang datang ke rumahnya mengizinkan untuk hanya dilakukan perkotaan. Fadil diberi brifing apa yang harus diperbaiki dan diperkuat. Setelah dapat tukang, brifing dilakukan lagi ke yang mengerjakan itu. Terutama soal ukuran besi tulang dan jarak besi pengikat itu. Lalu seminggu sekali penyelia PUPR datang mengawasi pekerjaan. "Dua minggu lagi semua perbaikan selesai. Mungkin habis Rp 50 juta," ujarnya.

Syukurlah program rehabilitasi korban gempa Cianjur berjalan dengan disiplin ilmu bangunan.

Memang masih ada sebagian agamawan kita yang berpendapat gempa itu bagian dari azab. Yakni bentuk hukuman dari Tuhan atas dosa umat manusia. Tapi golongan seperti ini kian kecil. Juga kian tersudut. Kian memalukan.

 

Mungkin mereka terpengaruh tafsir yang mendalam tentang banjir di zaman Nabi Nuh itu sebagai bentuk hukuman.

Meski belum seperti di Tiongkok, ilmu pengetahuan kian mendapat tempat di kalangan agamawan. Penemuan-penemuan penyebab gempa akan terus memperbaiki tafsir-tafsir lama.

Di sistem komunisme Tiongkok ilmu pengetahuan sudah menjadi salah satu rukun iman mereka yang empat.

Komunisme Tiongkok terus menambah unsur dalam rukun iman mereka. Komunisme yang asli hanya mengenal eka sila: perjuangan buruh. Melawan majikan.

Ketika masuk Tiongkok tauhid komunisme itu dimusyrikkan. Ditambah satu: perjuangan kaum tani. Menjadi dwi sila. Lalu di zaman Jiang Zemin ditambah satu lagi: pengusaha. Maka sejak itu komunisme Tiongkok menjadi komunisme tiga kaki: buruh, tani, pengusaha.

Pencipta ideologi komunis tidak bisa marah ketika buruh yang harusnya melawan pengusaha justru disatukan dalam tiga rukun iman. Pendiri komunis toh sudah meninggal dunia.

Rukun iman komunisme Tiongkok itu belakangan menjadi empat. Yakni di zaman Presiden Hu Jintao: buruh, tani, pengusaha dan ilmuwan. Apa pun yang tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan harus dilawan. Harus dianggap musyrik komunis.

Gus Dur pernah punya ide menambah rukun iman yang enam menjadi tujuh: ditambah keadilan sosial, atau membela Si miskin. Selama ini ayat-ayat yang membela Si miskin sudah sangat banyak, tapi rupanya harus ditingkatkan menjadi bagian dari rukun iman: agar dalam membela Si miskin sederajat dengan kepercayaan pada Tuhan.

Saya pernah mewawancarai Gus Dur saat itu. Ketika masih jadi wartawan muda majalah TEMPO. Heboh. Gus Dur cuek. Tapi kemiskinan tetap berat 40 tahun kemudian.

Agama menawarkan surga di akhirat nanti.

Ilmu pengetahuan menawarkan surga di dunia sekarang ini. Agar Turkiye dan Cianjur tidak jadi neraka gempa. (Dahlan Iskan)

 

Komentar Pilihan Dahlan Iskan*

Edisi 11 Februari 2023

 

Jhel_ng

Indonesia memang berada di pertemuan lempeng bumi. Lempeng Australia yang menghujam di bawah lempeng Eurasia. Pertemuan lempeng itu ada di laut, sampai kedalaman tertentu. Selebihnya ada di bawah pulau2 namun dalam sekali. Pertemuan lempeng yang menyebabkan gempa di Tuban (laut jawa) sudah di kedalaman lebih dari 100 km. Gempa kuat 7 SR, tidak akan terasa besar di darat. Pun yang di laut selatan, meskipun besar, efeknya di darat tidak besar. Energinya sudah terbagi kemana-mana. Kalau terlalu besar dan terlalu dangkal, terjadi Tsunami. Itupun masih ada waktu untuk mitigasi. Dominasi gempa darat di Indonesia terjadi karena sistem sesar atau patahan. Tidak terlalu dahsyat. Berbeda dengan yang terjadi di Turki. Atau Nepal. Atau negara-negara arab. Pertemuan lempeng terjadi di darat. Kekuatannya besar. Daya redamnya kecil. Energi dari pusat gempa mudah dipindah pada medium padat. Bencana gempa ada dalam pelajaran agama. Selama masih dianggap gempa itu adzab, peringatan, ujian, atau bahkan akal-akalan pihak "musuh", selama itu pula manusia akan gagal memitigasi bencana gempa. Gempa bumi adalah nature. Kawaspadaan kita adalah anugrah dari Tuhan. Selamat berakhir pekan dalam kedukaan..

 

mz arifinuz

Nature/alam, semua alam semesta adalah ciptaan Tuhan, dikendalikan oleh Tuhan. Manusia wajib belajar apa pun. Gempa bila tak ada bangunan tinggi, berat, tentu tak tewaskan manusia. Manusia mencelakakan diri nya sendiri?

 

Ardi Suhamto

Sebagai orang berkatepe condet, mau koreksi: Condet itu di Jakarta Timur, bukan Selatan Bah

 

Kang Sabarikhlas

Innalillahi wa innailaihi rojiun kolom kosong diatas mestinya blok warna hitam sebagai ungkapan rasa belasungkawa untuk korban gempa di Turki dan Suriah. Maaf saya ndak bisa buat blok hitam sebab hp saya ndak smart.. eh anu saya kok yang goblik, duh. *edisi niru halaman koran yang diblok hitam

 

mz arifinuz

LINDU. Dulu sewaktu SR, Sekolah Rakyat, teman2 di kampung nyebut orgasme dg kata2: lindu/ gempa. Maka nyebut lonte/pelacur dg samaran: lindu. Guncangan yg penuh nikmat. Guncangan yg bisa bawa dosa, penyakit, neraka; bisa pula bawa pahala, sehat, sorga dunia akhirat.

 

Liam Then

Saya sering terkagum-kagum tak ada habisnya. Ketika baca artikel singkat tentang ahli-ahli peneliti. Otak dan ketekunan mereka luar biasa. Apalagi baca artikel tentang peluncuran satelit ,atau wahana ke luar angkasa. Atau astronot ke stasiun ruang angkasa. Betapa presisi perhitungannya, ahli matematika , ahli-ahli fisika. Bisa hitung secara presisi, gaya tarik gravitasi bumi, meminjam. Gravitasi bumi untuk melontar wahana. Penyesuaian wahana. Saya tersadar betapa hebatnya mereka, ketika sadar bahwa stasiun antariksa itu mengorbit bumi dengan kecepatan 28.000 km/jam. Weleh, trus itu nyantol nya gimana, bisa presisi. Nyesel tak sekolah. Hahaha

 

Liam Then

Saya pernah merasakan ikut horang kaya seperti itu, tapi masih taraf level nasional. Aneh saja rasanya, tiba-tiba di telpon, kau besok ke Makassar, temani si Anu. Kau besok ke Bali, dibandara ke temu si Anu. Kau besok ke Medan ambil anu. Yang saya paling mangkel, waktu terima perintah ke Bali, saya sudah senang duluan, akhirnya kesampaian juga keinginan ke Bali, mana gratis lagi. Ternyata hanya sebatas sampai di bandara-nya Bali, ambil koper yang tertinggal. Coba gondok ngga? Sekarang saya bingung kalo ditanya orang pernah ke Bali ngga. Gimana coba jawabnya...? "Pernah, tapi hanya sampai bandara" Jawaban seperti ini masalah, karena pasti bikin repot untuk jawab pertanyaan susulan. Jika di jawab "pernah" saja. Tar lebih repot lagi jika di tanya , kemana saja waktu di Bali. Horang kaya memang sering aneh-aneh.

 

Jimmy Marta

Beruntung sekali rasanya seorang Beni yg tukang cukur. Saat sang bos berobat ke Singapura, beni disuruh datang kesana. Ia diberi tiket pp hanya untuk mencukur rambut sang bos yg tdk seberapa. Rupanya beni seorang tukang cukur multi talent. Disamping bisa nyukur, bisa juga ngurusi kepentingan lain sang bos. Ia sering bolak balik ke s'pura disuruh melakukan sesuatu. Dan sering juga diajak nemani sang bos mampir ke kasino marina bay. Muri mungkin boleh nyatat ini. Biaya cukur LE ini, pasti akan tercatat sbg ongkos cukur rambut termahal sedunia.

 

Handoko Luwanto

Secara garis besar reaksi netizen terhadap bencana bisa dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama, reaksi netizen berlandaskan kemanusiaan. Di kelompok ini tidak ada sekat-2 agama, suku, ras, status sosial dll. Kebencian & perang bisa disisihkan dulu, demi rasa empati untuk membantu korban. Meski korbannya ada di pihak lawan. Di kelompok inilah tempat bagi cerita seperti "Good Samaritan". Kelompok kedua, reaksi netizen berdasarkan kecurigaan. Curiga jangan-2 di lokasi bencana sudah terlalu banyak dosanya. Curiga jangan-2 ada agenda terselubung dibawa regu penolong yg berbeda imannya. Curiga jangan-2 ada konspirasi untuk melakukan genosida. Curiga jangan-2 itu psywar dari makhluk asing luar angkasa. Turut berdukacita bagi korban gempa bumi Turki-Syria.

 

Liam Then

BBC melaporkan pandangan reporternya, banyaknya korban bangunan roboh, karena kebijakan amnesti denda pada pembangun gedung yang tak sesuai peraturan. Amnesti seperti itu kerap di keluarkan oleh pemerintah. Mengutip ahli geologis lokal yang di wawancarai reporter itu , katanya , memberikan amnesti semacam ini , di negeri yang penuh patahan gempa , setara dengan kejahatan. Pindah baca laporan Tom Bateman, masih dari BBC. Kok rasanya dejavu, ternyata gaya tulisan, bahkan irama kalimatnya mirip tulisan Pak Bos. Ada "nafas karakter" didalam tulisan Mr.Tom. Tulisan berita semacam inilah yang "pegangannya" kuat, ada ciri khas, membaca pembaca ke sepotong peristiwa yang di reka ulangkan penulis. Inilah yang saya kira hilang dari reportase-reportase online kita sekarang. Reporternya bahkan sekadar untuk meniru, tak punya kreatifitas, tak punya karakter kuat. --pengamat jurnalistik amatir junior - terakreditasi D+.

 

Udin Salemo

#everyday_berpantun Berenang-renang ikan di karang/ Ekornya bergerak bergoyang-goyang/ Badanku ini terasa meriang/ Merindukan pelukan adik seorang/ Ipul terposok masuk selokan/ Banyak orang yang menertawakan/ Jangan pernah engkau ragukan/ Janji setia yang abang ikrarkan/ Musajik rayo di Kota Padang/ Tanah Data punyo Pandai Sikek/ Kok angan alah mulai panjang/ Baa caronyo adiak ka dapek/

 

Amat K.

Elang jawa mengepak sayap/ Anak berlari dikejar angsa/ Janji setia mudah terucap/ Abang setia apa buktinya?

 

Budi Utomo

Mari mulai sekarang kita membiasakan diri menulis Turkiye sebagai pengganti Turki/Turkey. Karena Turkiye adalah endonim sedangkan Turki/Turkey adalah eksonim atau nama yang diberikan orang asing/luar. Sama seperti Iran (endonim) dan Persia (eksonim). Atau Tiongkok (endonim) dan Cina (eksonim). Mengapa diubah menjadi Turkiye? Karena Turkey juga dipakai sebagai nama unggas yang biasanya disembelih lalu dipanggang dan dimakan pada perayaan Thanksgiving di USA. Dan seseorang disebut Turkey, menurut konotasi English, berarti orang bodoh. Erdogan nampaknya sangat terganggu atau tersinggung dengan nama Turkey (Indonesia: Turki) tersebut. Tak apalah kita tambah dua huruf YE di belakang TURKI. Apalah arti sebuah nama? Ada yang bilang tak berarti. Tapi bung Johan pernah memberi humor mengenai seorang anak suku “native” Amerika yang protes tidak diberi nama “Mighty Eagle” atau “White Cloud” sesuai fenomena yang nampak ketika seorang lelaki mengetahui istrinya hamil. Sang anak diberi nama “Leak Condom”. Wakakaka

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait