Usia Bukan Hambatan Lanjut S3, Gagas Workshop Inovatif, Latih Guru Berfikir Kritis
WISUDA :Bermimpi untuk jadi S3 sejak 25 tahun yang lalu akhirnya Dr Edward Mpd menjadi doktor ke delapan lulusan S3 pendidikan matematika FKIP Unsri--
PALEMBANG - Rambut boleh memutih, asal tekad dan semangat tak kenal henti. Melanjutkan pendidikan jenjang S3 di usia yang tidak lagi tergolong muda. Menjadi tantangan tersendiri bagi Edward (56), salah satu mahasiswa program doktoral pendidikan matematika FKIP universitas Sriwijaya. Dirinya resmi menyandang gelar Doktor di pangkal namanya. Setelah sukses mempresentasikan penelitian nya saat ujian disertasi di gedung FKIP Unsri Bukit Besar, palembang. Ujian disertasi tersebut disaksikan langsung oleh Promotor koordinator prodi S3 pendidikan matematika, Prof. Dr. Zulkardi, M.I.Komp., M.SC, Co Promotor 1, Prof Dr Ratu Ilma Indra Putri MSi dan Co Promotor 2, Dr Darmawijoyo Msc dari Unsri. Serta tim penguji Prof Dr Usman Mulbar Mpd dari universitas negeri Makasar, Dr Somalim Mpd dan Cecil Hiltrimartin Msi Phd dari Unsri.
"Bermimpi untuk jadi S3 itu mungkin sudah sejak 25 tahun yang lalu. Sudah ada impian untuk melanjutkan sekolah itu. Karena situasi dan kondisi, momen yang tepat dari aspek waktu, biaya dan sebagai nya, barulah kira-kira tahun 2018 yang memungkinkan kita melanjutkan ke S3," tutur Edward.
Semangat melanjutkan S3, juga tidak terlepas dari dukungan dan suport dari keluarga. Tentu terkadang juga merasa lelah, malas dan terasa berat. "Sering terjadi kita harus berangkat dari Batu Raja jam 3 subuh mau kuliah jam 8 di Palembang. Justru yang saya rasakan dorongan semangat dari ibu dan anak-anak dirumah yang selalu mendukung pada saat-saat kritis tersebut," terangnya.
Dr Edward Mpd menjadi doktor ke delapan lulusan S3 pendidikan matematika FKIP Unsri. Dengan masa studi selama delapan semester. Judul disertasinya adalah pengembangan model workshop guru SMA menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik dalam mengembangkan soal-soal HOTS. "Diawali latar belakang kenapa kita memilih judul itu, dikarenakan hasil PISA nilai ujian kompetensi guru masih rendah. Tahun 2018, peringkat PISA kita itu peringkat 74 dari 79 negara. Sedangkan, uji kompetensi guru SMA khusunya di kabupaten OKU Timur rata-rata 57,10 persen," ujar Edward yang saat ini juga bekerja sebagai pengawas SMA wilayah OKU Timur di dinas pendidikan provinsi Sumsel.
Soal Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. "Disertasi ini menyusun model suatu workshop dalam mengembangkan soal-soal HOTS itu sendiri. Keberhasilan workshop ini bukan hanya dari programnya tetapi juga narasumbernya. Kita mendatangkan pakar yaitu guru besar yang ahli dalam PMRI yaitu Prof. Dr. Zulkardi, M.I.Komp., M.SC dan Prof Dr Ratu Ilma Indra Putri MSi," sebut Edward.
Workshop tersebut dilaksanakan 2 kali secara offline dan online dengan 60 dan peserta guru. Berbeda dengan workshop kebanyakan, penguji dan promotor memberikan apresiasi yang luar biasa. "Kalau workshop yang kita laksanakan. Setelah mereka diberikan materi dari narasumber, maka mereka akan langsung bekerja untuk mengembangkan soal-soal itu. Sehingga, hasilnya akan langsung kita dapatkan dari mereka, didiskusikan dan divalidasi langsung oleh para pakar," jelasnya.
Menjadi suatu kebanggaan tersendiri ketika berhasil menyelesaikan program S3 pendidikan Matematika Unsri. Karena menurutnya, dari segi kualitas dosen dan guru besarnya merupakan para pakar yang berkompeten. Meski begitu, biaya kuliahnya tergolong bersahabat sekitar Rp9 jutaan per semester. "Satu lagi ciri khas khusus, pendidikan matematika S3 Unsri punya PMRI. Memang karena Prof Zulkardi konsentrasi keahliannya di bidang PMRI yang dikembangkan beliau mulai dari tahun 2002," ucap Edward.
Harapannya, kedepan bisa dilaksanakan suatu kerjasama dengan pemerintah daerah maupun kementrian. Model workshop yang dirinya dikembangkan bisa menjadi suatu alternatif meningkatkan kualitas dan kompetensi guru.
Sementara itu, Promotor koordinator prodi S3 pendidikan matematika, Prof. Dr. Zulkardi, M.I.Komp., M.SC mengatakan workshop tersebut hasilnya, guru mampu membuat soal berfikir tingkat tinggi. Menggunakan workshop dengan desain research model development study yang menghasilkan model itu.
"Bagaimana jika ingin menggunakan workshop bagi guru guru matematika SMA, apa model nya. Karakteristiknya brainstroming, diskusi, kerja kelompok dan terakhir adalah pleno. Nah tahapan itulah yang dia temukan," terang Prof Zulkardi didampingi Prof Ratu.
Menurutnya, workshop tersebut punya suatu pembaruan. Modelnya juga menarik, karena gara-gara covid yang awalnya latihan itu offline jadi online. Jadi disitu diterapkan dengan dua mode, bisa online dan offline. "Rambut boleh putih, umurnya juga sudah 56 tahun. Tapi semangat pak Edward luar biasa. Dengan usia yang lumayan lanjut dia juga semangat untuk kerja dan Alhamdulillah akhirnya S3 juga selesai," ungkap Prof Zulkarsi.
Menurutnya, model pelatihan workshop ini inovatif karena menggunakan konten PMRI. Mengajak guru dan siswa berfikir kritis lewat soal-soal HOTS itu. "Luar biasa penyampaiannya bagus sekali. Harapannya, bisa sukses dan bisa menerapkannya dalam kehidupan nyata. Tentu kedepan kita tetap bisa melakukan kolaborasi," pungkas Prof Zulkardi.(sumeks.co)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: sekolah