Ayu Anjani Masih Sulit Tidur Membayangkan Ibu dan Adiknya Terjebak di Kapal Tenggelam
ARTIS Ayu Anjani masih merasakan kesedihan mendalam kehilangan ibu dan adiknya dalam tragedi kapal tenggelam di Perairan Taman Komodo Nasional (TKM), Labuan Bajo. Pasalnya, Ayu Anjani selama ini dikenal memiliki bisnis bergerak di bidang pariwisata di Labuan Bajo.
Dia juga memiliki banyak kapal yang kerap membawa wisawatan. Namun, pada saat kejadian, dia tidak ikut. Dan, rencananya baru akan menyusuk rombongan keluarganya pada tanggal 29 Juni. Takdir berkata lain, tanggal 28 Juni, kejadiaan maut itu terjadi.
“Saat itu saya sudah berencana menyusul ke Bajo di tanggal 29 Juni (2 hari setelah keberangkatan mereka di tanggal 27 Juni) tapi tanggal 28 Juni sekitar 06.30 WIB saya dapat kabar ibu saya meninggal. Di pikiran saya saat itu beliau jantungnya enggak kuat naik Padar, saya berpikir begini karena biasanya kapal rute trip kapal heading ke Padar subuh di jam 2-3 pagi saat arus tenang,” ungkapnya di Instagram Story-nya, Jumat (2/7/2022).
Saat menerima kabar dari adik cowoknya, dia menerima kabar tentang kapal tenggelam dan adik bungsu belum ditemukan. “Di jam itu ibu saya sudah dievakuasi dan yang mengevakuasi bukan tim SAR,” sesalnya.
“Adik saya terjebak di dalam toilet enggak bisa keluar karena pintu tertahan terkena air dan ibu saya enggak sempat menyelamatkan dirinya karena ternyata nungguin adik saya keluar dari toilet dan juga posisi lower deck, kurang pencahayaan (gelap),” sebutnya.
Ayu Anjani mengaku sangat berat menghadapi kehilangan dua orang yang disayang sekaligus di lokasi tempat yang dia kuasai. “Jujur berat banget rasanya masih enggak percaya hal ini karena kejadian ini di tempat dimana saya menguasai, mencintai tempat itu,” ungkapnya.
Ayu Anjani pun menjelaskan ke netizen, mengapa dirinya aktif di Instagram Story sejak kejadian. “Kalau ada yang bilang kenapa saya bisa bisa pegang hp, repost ucapan bela sungkawa dll di hari kedua kemarin, karena saya, kakak tertua,” tukasnya.
“Harus lebih tegar dari adik-adik saya yang lain terlebih papa saya, dan suami harus mengurus semuanya dari A-Z, kontak kanan kiri, urus regulasi pengiriman jenazah ibu dan adik saya berikut penjemputan jenazah ibu dan adik saya berikut penjemputan di cargo, pemakaman dll, karena bukan saya siapa lagi,” sambungnya.
Dia mengatakan masih susah tidur hingga hari ini meski berusaha mengikhlaskan. “Saya sudah pasrahkan dna ikhlaskan jika Allah lebih sayang mereka dna ambil mereka lebi cepat dari yang saya kira, meski dengan kejadian yang enggak pernah saya sangka,” sebutnya.
“Yang masih saya sesalkan sampai sulit tidur. Saya masih terbayang kondisi kepanikan mereka saat terjebak, sakit hati saya saat mungkin mereka berpikir, ‘kenapa enggak ada yang mau menyelematkan kita’,” tuturnya.
“Ya Allah sesak banget tahu hal ini,sementara kalau orang-orang tahu saya saat trip dengan tamu lain gimana saya treat dan jaga tamu saat snorkeling di laut sementara saya enggak bisa menjaga ibu dan adik saya sendiri,” curhatnya. Ayu mengatakan hanya bisa terus berdoa tanpa putus agar mereka mendapat tempat terbaik di sana. Pun berharap kejadian ini jadi yang terakhir.
“Selama ini saya selalu diam, saya selalu tutup mata, telinga, mulut saya atas kinerja tim SAR yang selalu terlambat untuk bagian regulasi penyelamatan di wisata yang katanya super premium ini, tapi bikin konten nomor satu. Tapi karena sekarang keluarga saya yang jadi korbannya, saya harus speak up, agar hal ini cukup stop di saya aja,” pungkas Ayu Anjani. (nin/pojoksatu)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: sumeks.co