Cingbing Aipia

Sabtu 24-06-2023,05:22 WIB

LAGU Hokkian populer  Aipia akan berkumandang di makam Gus Dur. Sabtu pagi ini. Di Jombang. Di kompleks Pondok Pesantren Tebuireng. Sekitar jam 09.00.

Lagu itu sangat terkenal sejak dirilis tahun 1985. Aslinya dinyanyikan Yeh Hsien-hsiu. Tapi di panggung ia pakai nama Yeh Chi-tien.

Umurnya kini 75 tahun. Ia artis Taiwan yang jadi politisi. Jadi anggota DPR. Independen.

Hari ini ada acara  cingbing –ada juga yang mengucapkannya dengan  cengbeng– ke makam Gus Dur. Hari  cingbing-nya sendiri sudah lewat sebulan lalu, tapi ziarah kubur kan bisa kapan saja.

Rombongan  cingbing dari Semarang sebanyak satu bus. Lebih banyak lagi yang akan datang sendiri-sendiri. Terutama dari Surabaya dan sekitarnya. Termasuk Tionghoa dari Jombang.

Karena acara ini  cingbing, maka akan ada doa. Dari semua agama. Bergantian. Setelah doa itulah lagu populer  Aipia dinyanyikan.

Judul lengkapnya  Ai Piah Cia Eh Yia. Kerja keras dulu baru sukses. Tapi  Aipia di makam Gus Dur hari ini, liriknya diubah: menjadi pujaan untuk Gus Dur. Inilah lengkapnya:

AIPIA GUS DUR

Kiai Haji Abdurrahman Wahid

Tokoh NU p'juang kemanusiaan

S'lalu tampil terdepan, tak pernah takut

Membela kaum minoritas

Jasanya tak kan pernah terlupa

Bapak Tionghoa Indonesia

S'moga banyak yang meneruskan jejaknya

Tak ada Gus Dur

Tak ada Sincia

Gitu aja kok repot

***

Sebelum lagu  Aipia, mereka akan menyanyikan ''lagu kebangsaan'' NU:  Yaa Lal Wathan. Lengkap. Dalam dua bahasa: Arab dan Indonesia.

Orang-orang Tionghoa dari Semarang itu hafal lagu  Yaa Lal wathan. Sering menyanyikannya. "Nada lagunya enak. Mudah dinyanyikan. Memberi semangat," ujar Harjanto Halim, ketua Perkumpulan Tionghoa Boen Hian Tong, Semarang.

Harjanto-lah yang memprakarsai acara  cingbing ke makam presiden ke-4 Indonesia itu. "Kalau orang Tionghoa menganggap Gus Dur bapak Tionghoa, sewajarnya kami  cingbing ke sana," ujar Harjanto, bos Marimas itu. Harjanto pernah berdemonstrasi menyanyikan  Yaa Lal Wathan di depan saya: saat  podcast. Pengucapan syair Arab-nya juga benar.

Dari Semarang, Harjanto juga membawa  sinci Gus Dur. Yakni lempengan keramik yang dibubuhi tulisan ''Gus Dur'' dan sketsa wajah beliau.

Sinci sehari-hari ditempatkan di altar sembahyangan di ruang perkumpulan Boen Hian Tong Semarang. Kalau ada yang sembahyang untuk leluhur dan dewa di altar itu sekalian untuk Gus Dur.

Cingbing ke makam Gus Dur hari ini adalah kali kedua. Yang pertama tahun lalu. Selama  cingbing,  sinci itu akan diletakkan di sisi nisan Gus Dur. Lalu dibawa pulang ke Semarang lagi.

Sinci itu dibuat setelah Gus Dur meninggal dunia. Yang membuat tokoh Tionghoa asal Semarang: Sapto Utomo Hidayat. Sapto kini sekitar 70 tahun. Ia pemilik pabrik peralatan makan-minum dari keramik. Terutama untuk diekspor ke Amerika Serikat.

Sapto juga pemilik pabrik sanitasi merek Sanitary. Dua tahun lalu salah satu perusahaannya  go public: Sunlake Hotel yang di sebelah Danau Sunter, Jakarta Utara itu.

"Beliau lagi di luar negeri. Tidak ikut  cingbing ke Gus Dur," ujar Harjanto.

Saya juga tidak bisa ikut cingbing. Saya lagi di Bandung. Tapi sudah ada Novi Basuki yang mewakili  Disway. Anda sudah tahu, Novi: anak Pesantren Nurul Jadid Paiton, yang S-1, S-2, dan S-3 nya di Tiongkok. Dan kini menjadi pengasuh rubrik  Cheng Yu di  Harian  Disway bersama Annie Wong.

Mungkin Anda juga tidak sempat ikut  cingbing. Tapi Anda tidak dilarang ikut menyanyikan  Aipia. Terutama merenungkan isi lagu itu. Anda pun akan lebih sukses.

Simaklah baris-baris awal lagu ''kerja keras baru sukses'' itu:

"Sekali gagal jangan mengeluh, dan menyalahkan hal-hal di sekitar kita.

Sekali terpuruk jangan bersedih dan cemas.

Sukses itu 30 persen nasib, 70 persen usaha".  ( Dahlan Iskan)

Kategori :

Terkait

Jumat 15-09-2023,05:15 WIB

Ruang 48

Jumat 21-07-2023,05:23 WIB

Zaytun Sinagog

Selasa 18-07-2023,05:35 WIB

Gak Patheken

Senin 17-07-2023,06:10 WIB

IDI PWI

Minggu 16-07-2023,05:34 WIB

Rambut Putih