
Kalau mau berpolitik, kata Haedar ada salurannya yakni partai politik. Dan Muhammadiyah sangat mendorong kader-kader Muhammadiyah yang ada di partai politik.
“Bawalah misi Muhammadiyah. Jadilah petugas Muhammadiyah ketika di partainya. Tetapi jangan menjadi petugas partai di dalam Muhammadiyah,” katanya lagi.
BACA JUGA:Yuk Kita Cari Tahu, Manfaat Buah Mengkudu dan Efek Sampingnya Bagi Kesehatan
NU akan Cegah Politik Identitas
Pada kesempatan terdahulu Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) Yahya Cholil Staquf menegaskan bahwa NU tidak berpolitik praktis. NU merupakan organisasi gerakan moral kemasyarakatan.
BACA JUGA:BSI Buka Layanan 434 Kantor Cabang Akhir Pekan Ini
Bahkan saat dirinya maju dalam Muktamar NU di Lampung, Desember 2022 ketika itu, Gus Yahya sangat tegas bahwa NU akan netral pada Pemilu 2024. Gus Yahya melarang penggunaan NU dalam berpolitik.
Katanya, itu sama saja dengan politik identitas. Termasuk menggunakan identitas agama dalam berpolitik. Pria yang pernah menjadi juru bicara Presiden Abdur Rahman Wahid (Gusdur) ini berusaha menyatukan visi dan misi berbagai pimpinan agama dalam kehidupan berkebangsaan.
BACA JUGA:INGAT! 7 Pantangan Makanan Penyakit Jantung yang Harus Dihindari, Cek di Sini
Sehingga, katanya kedepan tidak ada lagi gesekan atau konflik yang disebabkan agama. Makanya, pada Februari 2023 saat pertemuan Negara-negara yang masuk anggota G20, Gus Yahya juga menggelar kegiatan yang diberi nama R20 (Religius 20). Hasilnya, para pemimpin-pemimpin agama yang tergabung dalam G20 hadir pada pertemuan R20 itu.