Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Edisi 29 April 2023: Kucing Jembatan
Mirza Mirwan
Cerita tentang Revolusi Kebudayaan itu dituliskan dengan bagus oleh jurnalis Stanley Abram Karnow dalam buku: "Mao and China: Inside China's Cultural Revolution". Sedang cerita tentang Deng Xiaoping bisa diikuti dalam buku karya Ezra Feivel Vogel : "Deng Xiaoping and the Transformatiom of China".
Mirza Mirwan
Dalam kedudukan sebagai wakil PM dan Sekjen PKT, Deng Xiaoping mendesak agar pemerintah mengizinkan para petani untuk mengolah lahannya sendiri demi meningkatkan produksi guna mengatasi kelaparan. Mao Zedong yang Ketua PKT menolak mentah-mentah. "Kalau petani diberi hak mengolah sawah milik sendiri itu artinya menempuh jalan kapitalis!" kata Mao. Deng Xiaoping, yang memang selalu berseberangan dengan Mao, menjawabnya kalem: "Pengolahan sawah milik pribadi tidak jadi soal asalkan dapat meningkatkan produksi, seperti juga tak jadi soal apakah SEEKOR KUCING PUTIH ATAU HITAM ASALKAN BISA MENANGKAP TIKUS." Itu terjadi di awal revolusi kebudayaan, 1966. Mao kian tak suka pada Deng, yang tiap rapat selalu duduk jauh dari Mao. Untuk membungkam Deng, Mao mengerahkan Pengawal Merah -- terdiri dari pelajar dan pemuda -- untuk menyingkirkan Deng dan orang-orang partai yang semacam itu. Agustus 1967, Deng ditangkap oleh pengawal merah, diseret-seret, disuruh mengakui bahwa ia termasuk kontrarevolusioner. Sebelumnya, Deng Dufang -- anak Deng -- lebih dulu ditangkap. Bersamaan dengan Deng, di bagian lain, Presiden Liu Shaoqi dan isterinya juga ditangkap dan disiksa Pengawal Merah. Pembentukan Pengawal Merah oleh Mao itu seperti meniru Pemuda Rakyat di zaman Orde Lama. Mao mengasingkan Deng di tahun 1969, lalu di tahun 1973 Zhou Enlai memanggilnya kembali ke Beijing -- saat Mao masih pemimpin PKT. Mao gagal dengan "Cultural Revolution" dan "Great Leap Forward".
JIM vsp