Corpu Inspirasi

Selasa 21-02-2023,06:15 WIB
Reporter : asa
Editor : asa

CORPORATE  University kini tidak hanya dimiliki oleh perusahaan sekelas Astra atau Indofood. Mahkamah Agung pun kini punya Corpu. Namanya: Mahkamah Agung Corporate University. Di Megamendung, kawasan Puncak.

Istilah Corpu, kali pertama lahir di Amerika Serikat. Di perusahaan kelas dunia: General Electric (GE). Lalu ada anggapan kejayaan GE berkat Corpu-nya. Perusahaan Indonesia seperti PLN pun mendapat jatah tahunan. Bisa menyekolahkan para calon pimpinan ke GE Corpu.

Maka wabah ber-Corpu menjalar ke berbagai penjuru dunia. Telkom membangun Corpu pertama di Indonesia. Di Bandung. Lalu Pelindo. Di Cipanas. Yang lain-lain pun menyusul. Ketika reputasi GE sudah tidak sehebat dulu pun, Corpu jalan terus.

Bahkan, di Indonesia, menjalar ke instansi pemerintah.

  Kementerian keuangan mencatatkan diri sebagai pemilik Corpu pertama di lingkungan pemerintah. Saya pun kaget: Mahkamah Agung kini juga punya Corpu.

Model pendidikan dan latihan (Diklat) kelihatannya dianggap sudah kuno. Tidak relevan lagi. Maka datanglah era Corpu.

Lalu apakah Corpu?

Definisinya begitu banyak. Anda bisa memilih yang ini: Corpu adalah lembaga pendidikan yang dijadikan alat strategis oleh perusahaan dalam mengembangkan karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Kurikulumnya pun bisa dibuat sendiri-sendiri. Disesuaikan dengan kepentingan perusahaan. Corpu seperti milik Pelindo misalnya, memakai kurikulum 70-20-10.

Yang dominan adalah  mentoring. Terutama yang terkait dengan penugasan di perusahaan. Hampir tidak ada pelajaran teori. Kalau pun ada diselip-selipkan di sela-sela  mentoring.

Dua tahun terakhir saya dipilih menjadi mentor di Pelindo Corpu. Muridnya adalah pejabat-pejabat setingkat direksi. Terutama di anak-anak perusahaan. Mereka membawa ''kurikulum'' sendiri: bagaimana memecahkan persoalan yang berat-berat.

Lalu bagaimana Mahkamah Agung sampai punya Corpu sendiri?

Sama. Meski bukan perusahaan persoalan yang dihadapi Mahkamah Agung tidak lebih ringan dari perusahaan besar.

  Mahkamah Agung punya begitu banyak hakim. Yang harus selalu berhadapan dengan perkara baru. Apalagi hakim memiliki independensi mutlak untuk membuat keputusan. Mereka wakil Tuhan di ruang pengadilan.

"Lewat Corpu kami akan membangun hakim yang cadas," ujar Syamsul Arief, kepala Pusdiklat Teknis Mahkamah Agung.

Cadas?

“Cerdas dan Berintegritas," jelasnya. "Dengan  tagline Cadas, salamnya bisa berupa jari dibentuk huruf C atau dibentuk simbol metal," tambahnya.

Di situ saya melihat Rocky Gerung yang berbeda dengan yang biasa Anda lihat di TV. "Kalau memberi kuliah saya harus serius. Kalau di TV saya memang tidak serius. Saya suka mengejek dan godain orang," katanya.

Mahasiswa program Corpu pekan lalu itu para hakim yang masih muda-muda. Dari berbagai penjuru Nusantara: Kerinci, Tanjung Jabung, Barru, Timika....

"Mereka adalah yang punya masa kerja sebagai hakim antara 1 sampai 5 tahun," ujar  Syamsul. "Kami ingin membangun integritas sejak para hakim masih muda," ujar Syamsul.

Malam itu ada pertanyaan bagus dari seorang hakim muda: mengapa berintegritas selalu dikaitkan dengan miskin dan menderita.

Maksudnya: mengapa hakim yang berintegritas ditakut-takuti akan menjadi miskin dan menderita. Tidak adakah berintegritas itu disamakan diasosiasikan dengan  kebahagiaan.

Maka diskusi soal integritas sangat dalam malam itu. Demikian juga soal filsafat keadilan. Sampai  membahas soal wanita dan keadilan. Terutama karena hukum ini dikuasai laki-laki.

Dulu, kata RG, wanita itu jadi saksi pun tidak bisa. Sampai istilah testimoni pun diambil dari kata testis. "Termasuk mengapa saksi itu harus dua, karena kalau satu bukan testis, bukan buah zakar," ujar RG.

Saya baru tahu dari forum itu: yang melahirkan kecerdasan itu wanita. Bukan laki-laki. Saya juga baru tahu: laki-laki bisa merasakan sakit, tapi hanya wanita yang bisa merasakan penderitaan.

Rocky Gerung ternyata sangat serius kalau mengajar.

"Saya berani mengundang RG karena saya tahu kalau memberi kuliah beliau tidak memprovokasi," ujar Syamsul.

Syamsul sendiri memang seorang aktivis tulen. Waktu menjadi mahasiswa hukum Universitas Lampung (Unila) ia sudah menerbitkan majalah kampus: Saksi Keadilan. Syamsul menjabat pemimpin redaksi. Majalah itu dibredel. Gara-gara Syamsul  menulis:  Siapa Bilang Golkar Tidak Curang.

Itu bersamaan dengan dibredelnya majalah kampus UGM yang dipimpin Andi Arief: Sintesa.

Waktu itu Indonesia berulang tahun ke-50. Ultah emas. Sintesa menulis:  Indonesia Cemas.

Syamsul juga diincar untuk  ditangkap. Tapi intelnya salah: yang akan ditangkap Habiburrahman, yang kini aktivis Gerindra.

Setelah lulus, Syamsul menjadi pengacara. Lurus. Ia memang sempat jadi relawan di YLBHI-nya Adnan Buyung Nasution.

Akhirnya Syamsul jadi hakim. "Saya ingin membahagiakan ayah," ujarnya. Ia menyadari hati ayahnya tidak tenang. Anak bungsu ini selalu dicari petugas keamanan. "Sering ada mobil tidak dikenal parkir di depan rumah," ujar sang ayah kepadanya.

Maka Syamsul ikut tes hakim dan jaksa. Ayahnya senang sekali.

"Lulus?" tanya sang ayah.

"Lulus dua-duanya".

"Anak hebat...".

"Pilih yang mana?" tanya Syamsul pada sang ayah.

"Tanya emakmu," jawab sang ayah.

Syamsul pun bertanya ke sang ibu.

"Hakim..." jawab sang ibu.

Syamsul pun jadi hakim. Tugas pertamanya di Arga Makmur, Bengkulu Utara. Lalu Palopo. Lubuk Linggau. Bengkulu. Rejang Lebong.

Setelah itu ia minta pindah ke kampung halaman: Tanjung Karang, Lampung. "Ayah saya sakit.  Stroke. Saya ingin dekat ayah. Merawat beliau," katanya. "Waktu ibu meninggal saya di Palopo. Kali ini saya tidak mau kecolongan lagi," tambahnya.

Dari pengalamannya yang panjang itu Syamsul ingin hakim mendapatkan inspirasi filsafat keadilan. Kalau teknis hukum bisa dipelajari sendiri. Karena itu ia menyelipkan mata kuliah seperti itu di Corpu.

Ia ingat waktu mahasiswa hukum. Buku pelajaran sampai semester akhir sudah ia selesaikan di tahun pertama kuliah. Selebihnya ia banyak membaca buku sosiologi dan filsafat. "Kadang saya harus ke gereja untuk membaca buku filsafat di gereja," katanya.

Para hakim itu juga terlihat antusias. "Malam itu kalau RG tidak kelelahan bisa sampai jam 1 atau 2 malam," ujar Syamsul.

Saya pun tahu RG itu ternyata hanya serius untuk dua hal: memberi kuliah dan mendaki gunung.  (Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Edisi 20 Februari 2023: Paranjoy Kerikil

 

Mirza Mirwan

Bung Amat, selain sohor sebagai linguis lewat "Transformational Analysis" dan "Syntactic Structure", Noam Chomsky juga terkenal di bidang kritik sosial dan kritik politik. Chomsky, 94, terkenal sebagai anti-kapitalisme dan anti-imperialisme. Itulah kenapa, meskipun ia Yahudi, ia gigih membela Palestina terkait okupasi Israel di wilayah Tepi Barat Sungai Yordan dan Jalur Gaza. Hubungan Chomsky dengan Gautam Adani jelas tak ada. Tetapi hubungan dengan Paranjoy Guha Thakurta tentu saja dalam konteks anti-kapitalisme. Dan Chomsky tak punya darah India. Kalau Amartya Sen, 89, memang orang India, meski lebih banyak mengajar di AS, dari Harvard sampai Berkelay. Amartya Sen juga penerima Nobel Ekonomi 1989.

 

Leong Putu

Selamat Pagi semua... ... Saya malah masih penasaran, gadis - gadis yang dicat hujau kemarin itu bagaimana ya nasibnya ? Apakah catnya sudah dibersihkan ? Yang mbantu membersihkan sapa ya ? Laki-laki atau perempuan yang membantu membersihkan ? Hmmm.... penasaran..

 

Mirza Mirwan

Megawati Sukarnoputri yang Ketua Dewan Pengarah BPIP membuat statemen yang membuat saya uring-uringan. Presiden ke-5, putri proklamator, yang bangga karena sudah melaksanakan ibadah haji dua kali dan umrah tiga kali itu mengritik ibu-ibu yang rajin mengikuti pengajian. Bagaimana ngurusin anaknya? Astaghfirullahal 'adhiiim. Bu Mega, pengajian ibu-ibu itu hanya sekali seminggu, atau malah dua minggu sekali. Mayoritas jamaah majelis taklim itu ibu-ibu yang anaknya sudah besar, bahkan sudah punya cucu. Setidaknya begitulah jamaah beberapa majelis taklim yang biasa saya isi -- dan saya ogah menerima amplop. Jangan dikira di majelis taklim itu yang dibahas cuma masalah surga dan neraka, Bu. Saya lebih sering memberi nasehat tentang bagaimana mendidik anak menurut tuntunan Rasulullah. Bagaimana adab anak terhadap orangtua, menantu terhadap mertua atau sebaliknya. Bagaimana adab bertetangga, adab menerima tamu, dsb. Tak usahlah ngurusin ibu-ibu pengajian, Bu Mega. Di otak anda yang ada cuma politik, politik, dan politik.

 

kritikItuSehat

mirip paranjoy gegara tulisan ditahan.... disini juga. peternak di blitar bentangkan tulisan "pak jokowi bantu peternak beli pakan jagung dgn harga wajar" ... eh peternak ditangkap aparat.... kejadian 21 agustus 2021 (bukan hoax yah)... demokrasi apa ini? kok spt orba?

 

Jimmy Marta

Ia bisa berfikir tp pasti gk punya hati. Rasa. Atau jangan2 ia nya diciptakan untuk jadi politisi...

 

Leong Putu

Mbah Mars bisa coba ketik di Chat GPT itu : trik selingkuh tanpa ketahuan istri . Kalau dijawab : maaf tidak ada pengalaman, berarti aplikasi tersebut buatan AAt.

 

Mbah Mars

Pagi ini saya mencoba kecanggingan Kecerdasan Buatan produknya Elon Mask. Saya mencoba Chat GPT nya. Saya ketikkan peritah: Buatkan puisi berjudul Perusuh. Inilah jawab si AI (Artificial Intelligence): Perusuh, bagaimana kau bisa begitu/Menciptakan kekacauan di mana-mana/Menghancurkan apa yang telah dibangun/Mengubur harapan dengan kejahatan. Kau datang dengan niat yang gelap/Membawa kegelapan dan ketakutan/Mengambil kebebasan yang telah ada/Menghancurkan segala yang telah terbina. Masih ada seterusnya. Pak Guru dan Bu Guru benar-benar harus bersaing berat dengan AI. Ketika saya ketikkan "Buatkan humor tentang perusuh", AI menjawab: "Maaf sebagai AI saya tidak menjamin bahwa humor tentang perusuh akan pantas dan sesuai karena perusuh adalah masalah yang serius. Namun jika anda menginginkannya akan saya buatkan yang ringan dan tidak sensitif. Saya jawab ya. Maka muncul humor tentang perusuh: "Kenapa kuda tidak pernah jadi perusuh ? Karena dia selalu punya kuda-kudanya". "Mengapa pohon tidak pernah jadi perusuh ? Karena ia selalu bertahan dalam keadaan tegak dan damai"

 

Lukman bin Saleh

Abah pernah berkata: Ada tiga orang yang tak boleh di lawan. Pertama atasan. Dua orang kaya. Tiga orang gila. Dan inilah contoh bagaimana nasib orang yang melawan orang kaya. Jangankan kalah. Menang saja sudah membuat menderita. Diperiksa 5 pengadilan. Di lima kota berbeda pula. Betapa melelahkan dan menguras energi. Stress sudah pasti. Semoga Paranjoy tidak bunuh diri...

 

thamrindahlan

Wayang orang perankan Cakil/ Adegan kocak penonton suka/ Wartwan Paranjoy setajam kerikil/ Bersepatupun kaki Adani terluka/

 

Kategori :

Terkait

Jumat 21-07-2023,05:23 WIB

Zaytun Sinagog

Selasa 18-07-2023,05:35 WIB

Gak Patheken

Senin 17-07-2023,06:10 WIB

IDI PWI

Minggu 16-07-2023,05:34 WIB

Rambut Putih

Sabtu 15-07-2023,05:47 WIB

Wildan Vixmo