JAKARTA, OKUTIMURPOS.COM - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo memastikan tidak akan lagi menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 Day Repo Rate pada 2023.
Keputusan itu berdasarkan data laju inflasi pada 2023 dinilai sudah terkendali. Untuk itu, pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Februari 2023 memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,75 persen. Selain itu, BI juga menahan suku bunga deposit facility 25 basis poin (bps) di level 5 persen dan lending facility 25 bps menjadi 6,5 persen.
Perry menjelaskan, kebijakan moneter BI didasarkan dari perkiraan inflasi, baik itu inflasi inti dan inflasi harga konsumen (IHK), serta pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
"Kami meyakini bahwa tingkat suku bunga acuan BI itu sudah memadai dalam arti tidak diperlukan kenaikan lagi," kata Perry.
Perry menuturkan, inflasi inti maupun inflasi umum sudah menurun lebih cepat dari perkiraan BI. Adapun proyeksi BI inflasi inti akan bergerak di 3 persen dan tertinggi diperkirakan di 3,6 persen.
"Bulan lalu kami perkirakan inflasi bisa bergerak di 3,7 persen, dengan realisasi Desember dan Januari ini menunjukan inflasi inti bergerak dari perkirakan paling tinggi di Semester I 2023 3,6 persen," jelasnya.
Sementara itu, inflasi IHK diperkirakan akan kembali ke level 4 persen mulai September 2023. Adapun inflasi ini sempat dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM subsidi di tahun lalu.
"Begitu base effect itu hilang, inflasi IHK akan di bawah 4 persen, kami perkirakan paling tinggi 3,5 persen di Semester II nanti," lanjutnya.
Berdasarkan inflasi inti yang menurun lebih cepat dari perkiraan dan bahkan lebih rendah dari yang BI perkirakan, serta inflasi IHK di bawah 4 persen pada semester I 2023 ini.
"Saya memastikan BI tidak akan menaikkan kembali suku bunga acuan, alias ditahan di level 5,75 persen," pungkasnya.