“Tipis pak untungnya. Per kali bongkar sekitar Rp 1.500.000 hingga Rp 1.700.000. Tapi jadilah untuk bertahan hidup,” kata Ujang.
Cara kerja membuat arang kayu. Menurut Ujang kelihatan sederhana tapi cukup rumit. Belum lagi pengaruh cuaca. Kalau sering hujan, terkadang arangnya mentah. Istilahnya tidak jadi. Untuk menghasilkan arang yang bagus pun harus telaten. Benar-benar dijaga proses pembakarannya. Apinya terlalu besar pun tidak boleh. Dan membutuhkan pengawasan.
Proses pembuatn arang, kayu disusun sedemikian rupa. Dalam satu truk itu bisa dibuat dua atau tiga tobong pembakaran. Tobong dimaksud gundukan kayu yang telah disusun, ditimbun dengan tanah. Tapi tanahnya tidak terlalu tebal. Diatasnya ditumpuk juga rumput kering. Rumput kering inilah sebagai bahan untuk membakar kayu. Atau untuk pembakaran awal dicampur dengan bahan plastik yang mudah terbakar.
“Lama pembuatan arang lebih kurang satu minggu. Dari nyusun kayu, proses pembakaran dan pembongkaran. Kadang kalau hari sering hujan lebih dari satu minggu Pak,” tambahnya.
Jika bahan baku lancar, dalam sebulan bisa tiga kali bongkar arang. Artinya tiga kali proses pembakaran. Kalau bisa tercapai target 70 karung arang. Pendapatanya bisa Rp 4,5 juta. “Itu kalau mencapai target pak. Jadilah pak untuk hidup. Bukan untuk beli mobil,” katanya sambil senyum.